Indonesia memiliki keberagaman agama dan salah satu agama yang diakui negara adalah Hindu. Di Pulau Dewata, mayoritas penduduknya beragama Hindu yaitu sebanyak 86,8 persen atau sekitar 3,71 juta jiwa.
Maka dari itu, seperti halnya umat islam merayakan hari raya Idul Fitri, pada hari raya kuningan dan galungan, penduduk Bali yang beragama Hindu juga merayakan hari raya mereka.
Untuk apa biasanya Anda memesan tiket pesawat ke Bali? Liburan, urusan bisnis atau hanya sekadar ingin ikut merasakan suasana hari raya di sana? Sebelum itu, mari kita cari tahu makna dari dua hari raya tersebut.
Hari Raya Galungan dan Kuningan adalah hari raya umat Hindu, khususnya di Bali. Keduanya tidaklah identik dan sama sekali berbeda. Sebelum terbang ke Bali, tidak ada salahnya Anda mencari tahu informasi tentang hari raya umat Hindu di Bali ini.
Bali memiliki kalender mereka sendiri, namanya Kalender Saka Bali. Kalender ini berbeda dengan kalender Saka India karena sudah disesuaikan dengan penanggalan lokal. Nah, setiap 210 hari sekali di kalender Bali inilah, umat Hindu Bali di sana merayakan hari raya galungan.
Kapan hari raya galungan? Selain berpatokan pada 210 hari sekali, galungan selalu diperingati pada hari Rabu. Hari raya ini diperingati untuk merayakan kemenangan Dharma (kebenaran) di atas Adharma (kejahatan).
Nah, 10 hari setelah hari galungan, tibalah perayaan Hari Raya Kuningan. Pada hari tersebut, umat Hindu Bali percaya, dewa-dewa yang turun pada saat galungan akan kembali ke alam surga sehingga mereka mengantarkan para dewa dengan perayaan kuningan.
Biasanya, pada hari raya, tiket pesawat Jakarta-Bali habis dipesan. Jika Anda ingin merayakan galungan dan kuningan di sana, mewujudkan rencana perjalanan Anda dengan memesan tiket pada platform pemesanan tiket daring seperti Traveloka.
Selain untuk merayakan hari raya, Anda bisa memesan tiket pesawat ke Bali untuk mengunjungi tempat-tempat menarik di sana. Semoga Anda bisa menikmati perjalanan Anda ke Bali dengan tetap memaknai setiap adat dan tradisi yang ada.
Untuk apa biasanya Anda memesan tiket pesawat ke Bali? Liburan, urusan bisnis atau hanya sekadar ingin ikut merasakan suasana hari raya di sana? Sebelum itu, mari kita cari tahu makna dari dua hari raya tersebut.
Cari Tahu Makna Hari Raya Galungan dan Kuningan di Bali
1. Hari Raya Galungan di Bali
Bali memiliki kalender mereka sendiri, namanya Kalender Saka Bali. Kalender ini berbeda dengan kalender Saka India karena sudah disesuaikan dengan penanggalan lokal. Nah, setiap 210 hari sekali di kalender Bali inilah, umat Hindu Bali di sana merayakan hari raya galungan.
Kapan hari raya galungan? Selain berpatokan pada 210 hari sekali, galungan selalu diperingati pada hari Rabu. Hari raya ini diperingati untuk merayakan kemenangan Dharma (kebenaran) di atas Adharma (kejahatan).
Umat Hindu Bali percaya, pada saat galungan, dewa turun ke Bumi dan mereka menyambutnya.
Umat Hindu di Bali sudah mempersiapkan hari raya ini sejak 35 hari sebelum hari H. Pada hari tersebut, mereka berkumpul di kebun dan memanjatkan doa agar hasil panen dari kebun mereka nantinya bagus dan berhasil, sehingga mereka bisa menikmati hasilnya, terutama untuk hari raya galungan.
Setelah itu, mereka masih mempersiapkan banyak hal seperti membersihkan pura-pura di desa tempat tinggal atau pura pribadi di pekarangan rumah masing-masing. Kemudian, mereka mulai membuat kue-kue dan sesajen untuk persembahan, termasuk menyembelih daging babi.
Umat Hindu di Bali sudah mempersiapkan hari raya ini sejak 35 hari sebelum hari H. Pada hari tersebut, mereka berkumpul di kebun dan memanjatkan doa agar hasil panen dari kebun mereka nantinya bagus dan berhasil, sehingga mereka bisa menikmati hasilnya, terutama untuk hari raya galungan.
Setelah itu, mereka masih mempersiapkan banyak hal seperti membersihkan pura-pura di desa tempat tinggal atau pura pribadi di pekarangan rumah masing-masing. Kemudian, mereka mulai membuat kue-kue dan sesajen untuk persembahan, termasuk menyembelih daging babi.
Sekitar dua hari sebelum hari H, masyarakat menghiasi rumah mereka dengan penjor atau batang bambu yang sudah dihias padi, daun kelapa kering, hingga mantra suci dan sesajen.
Waktu perayaan, umat Hindu Bali akan keluar rumah dengan pakaian adat terbaik mereka, untuk bersembahyang di pura. Saat Umanis Galungan, biasanya ada barong yang berkeliling desa. Masyarakat pun mengunjungi sanak saudara mereka pada hari itu.
Waktu perayaan, umat Hindu Bali akan keluar rumah dengan pakaian adat terbaik mereka, untuk bersembahyang di pura. Saat Umanis Galungan, biasanya ada barong yang berkeliling desa. Masyarakat pun mengunjungi sanak saudara mereka pada hari itu.
2. Hari Raya Kuningan di Bali
Nah, 10 hari setelah hari galungan, tibalah perayaan Hari Raya Kuningan. Pada hari tersebut, umat Hindu Bali percaya, dewa-dewa yang turun pada saat galungan akan kembali ke alam surga sehingga mereka mengantarkan para dewa dengan perayaan kuningan.
Tujuan dari perayaan ini adalah memohon agar diberikan perlindungan dan tuntunan baik lahir maupun batin, selamat sentosa dan memohon diberikan panjang umur.
Berbagai tradisi unik dilaksanakan pada hari itu. Di antaranya adalah dengan membuat nasi kuning sebagai lambang kemakmuran dan rasa syukur. Ada pula tradisi mesuryak, yaitu bagi-bagi uang dengan cara dilemparkan ke udara, bertujuan memberi bekal kepada para leluhur agar kembali ke alam surga.
Berbagai tradisi unik dilaksanakan pada hari itu. Di antaranya adalah dengan membuat nasi kuning sebagai lambang kemakmuran dan rasa syukur. Ada pula tradisi mesuryak, yaitu bagi-bagi uang dengan cara dilemparkan ke udara, bertujuan memberi bekal kepada para leluhur agar kembali ke alam surga.
3. Tiket Pesawat ke Bali pada Hari Raya
Biasanya, pada hari raya, tiket pesawat Jakarta-Bali habis dipesan. Jika Anda ingin merayakan galungan dan kuningan di sana, mewujudkan rencana perjalanan Anda dengan memesan tiket pada platform pemesanan tiket daring seperti Traveloka.
Selain untuk merayakan hari raya, Anda bisa memesan tiket pesawat ke Bali untuk mengunjungi tempat-tempat menarik di sana. Semoga Anda bisa menikmati perjalanan Anda ke Bali dengan tetap memaknai setiap adat dan tradisi yang ada.